I.
HAKIKAT
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Pengertian
Belajar
-
Belajar adalah penambahan pengetahuan
ü Biasanya
dianut di banyak sekolahan. Guru biasanya memberikan ilmu sebanyak-banyaknya
kepada murid-muridnya.
ü Banyak
yang menafsirkan dengan menghafal jadi seringkali hasil nilai ujian kurang
memuaskan.
-
Belajar adalah perubahan perilaku karena
pengalaman
Ø Menurut
Fontana (1981), belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam
perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Ø Menurut
Gagne (1985), belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama
dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Ø Menurut
Bower dan Hilgard (1981) yaitu bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku
atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut
tidak disebabkan oleh instink, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan.
Ciri-ciri
Belajar
Menurut
pengertian tersebut, belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan
tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Kedua pengertian terakhir
tersebut memusatkan perhatiannya pada tiga hal, yaitu :
1.
Belajar harus memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan dari segala aspek yakni
Pengetahuan, Kognitif, Sikap dan Nilai (afektif), serta Keterampilan
(psikomotor).
2.
Perubahan itu harus merupakan buah dari
pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya
interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa
interaksi Fisik, interaksi Psikis, dan interaksi individu dengan lingkungan
Namun
perubahan perilaku karena faktor kematangan tidak termasuk hasil belajar karena
semua tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar.
3.
Perubahan perilaku akibat belajar akan
bersifat cukup permanen.
Jenis-jenis
Belajar
Gagne
mengemukakan delapan jenis belajar, yakni :
1.
Belajar isyarat (Signal Learning), yakni melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena adanya tanda atau isyarat.
2.
Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning), yakni
belajar karena ada rangsangan dari luar.
3.
Belajar Rangkaian (Chaining Learning), yakni belajar yang terjadi melalui perpaduan
berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya hingga
melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih,
ibu-bapak, panas-dingin, dan sebagainya.
4.
Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning), terjadi
bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang
bersifat verbal (kiasan). Misal : wajahnya seperti bulan kesiangan
5.
Belajar Membedakan (Discrimination Leraning), terjadi bila individu berhadapan dengan
benda, suasana, pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang
jumlahn ya banyak itu.
6.
Belajar Konsep (Concept Learning), terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta
atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang
abstrak. Misal : binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk hidup.
7.
Belajar Hukum dan Aturan (Rule Learning), terjadi bila individu
menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu
atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari
data tersebut menjadi suatu aturan. Misal : benda memuai bila dipanaskan, teh
manis bila diberi gula, dan sebagainya.
8.
Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning ), terjadi
bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu
pertanyaan. Misal : mengapa harga bahan bakar minyak naik?
Proses pemecahan
masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain berkaitan.
Pengertian
Pembelajaran
Menurut
Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Perbedaan
Pembelajaran dan Pengajaran
v Pengajaran
: hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas.
v Pembelajaran
: interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik, namun siswa
dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, atau media lainnya.
Namun guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan
pembelajaran.
Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu
bentuk kegiatan pembelajaran.
Ciri utama pembelajaran
adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa
unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar merupakan
ciri utama dari konsep belajar. Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran
adalah adanya interaksi.
Ciri-ciri dari
pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama
lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi
pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan yang diharapkan
dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada
penggunaan metode dan media dalam rangka membahas materi sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Evaluasi adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk menilai keberhasilan pembelajaran. Baik materi, kegiatan,
maupun evaluasi dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran.
II. HAKIKAT TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Belajar
merupakan suatu proes bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Teori belajar behavioristik lahir sebagai upaya
penyempurnaan terhadap perspektif tentang cara manusia belajar. Menurut teori
belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut John B. Watson
percaya bahwa semua makhluk hidup menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
melalui respon. Asumsi inilah yang menjadi landasar dasar dari teori belajar
behavioristik. Sebelum Watson teori belajar behavioristik juga dikaji oleh Ivan
Pavlov yang dikenal dengan teori classical
conditioning, tokoh lain yang juga memulai kajian perilaku sebelum Watson
adalah Thorndike, dengan teorinya yang dikenal sebagai teori Connectionism.
Premis
Dasar Teori Belajar Behavioristik
Menurut
teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil
interaksi antara stimulus dan respon – yaitu proses manusia untuk memberikan
respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Pengertian tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut :
Premis
dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus
respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar
behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah
laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas
respon yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi.
Ada tiga teori belajar behavioristik
yang perlu diajari yakni
1.
Teori classical conditioning dari Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) yang didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi
dalam diri seseorang serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Ada 3
parameter dalam teori ini yaitu “reinforcement,
extinction, and spontaneous recovery” (penguatan, penghilangan,
pengembalian spontan). Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam
mengkondisikan munculnya respon yang diharapkan. Jika penguatan tidak
dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respon terkondisi
akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respon tersebut dapat
muncul kembali.
Teori ini juga dikenal dengan
perampatan stimulus yaitu kecenderungan untuk memberikan respon terkondisi
terhadap stimulus yang serupa dengan stimulus terkondisi, meskipun stimulus
tersebut belum pernah diberikan bersama-sama dengan stimulus tak terkondisi. Selain
itu teori ini juga mengenal konsep diskriminasi stimulus yaitu suatu proses
belajar untuk memberikan respon terhadap suatu stimulus tertentu atau tidak
memberikan respon sama sekali terhadap stimulus yang lain.
2.
Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan
proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar akan menghilang. Akibat
menyenangkan dari suatu respon akan memperkuat kemungkinan munculnya respon.
Respon yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi
hanya jika siswa dalam keadaan siap.
Thorndike mengemukakan yiga dalil
tentang belajar, yakni :
a.
“law
of effect” (dalil sebab akibat), yaitu situasi atau hasil yang menyenangkan
yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan
respon atau perilaku yang dimunculkan.
b.
“law
of exercise” (dalil latihan/pembiasaan), yaitu latihan akan menyempurnakan
respon.
c.
“law
of readiness” (dalil kesiapan), menyatakan kondisi-kondisi yang dianggap
mendukung dan tidak mendukung pemunculan respon. Jika siswa sudah siap (sudah
belajar sebelumnya), maka ia akan siap untuk memunculkan suatu respon atas
dasar stimulus/kebutuhan yang diberikan.
3.
Teori belajar behavioristik dari John B.
Watson (1878-1958) menyatakan bahwa
stimulus dan respon yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respon
merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai
hasil yang cukup kompleks.
III. PRINSIP DASAR DAN TUJUAN TEORI BELAJAR
KOGNITIF
Menurut
teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan
mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat
perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki
kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
Teori
kognitif berhubungan dan berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek
kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai
dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara
sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi
orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif
menekankan arti penting proses internal atau proses-proses mental. Menurut teori belajar kognitif,
belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung.
Tujuan
Teori Belajar Kognitif
1.
Membentuk hubungan yang teruji,
teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruangan kehidupan mereka sendiri
secara spesifik sesuai situasi psikologinya.
2.
Membantu guru untuk memahami orang lain
terutama muridnya dan membantu dirinya sendiri.
3.
Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah
yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur yang
memungkinkan belajar menjadi produktif.
4.
Teori belajar kognitif menjelaskan
bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu
menafsirkan bahwa dirinya dan lingkungannya merupakan faktor yang saling tergantung
satu sama lain.
Pengertian
Insight
Insight
adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama
atau hampir sama. Dapat juga dikatakan insight adalah pemahaman terhadap suatu
situasi yang lebih mendalam dari pada kata-kata dan secara sadar memahaminya.
Insight terjadi dengan melihat kasus-kasus/kejadian yang terpisah kemudian
menggeneralisasikannya dan timbul pemahaman.
Perbedaan pandangan teori kognitif dan
teori conditioning stimulus-respon yaitu :
1.
Teori Kognitif Menekankan Pada
Fungsi-Fungsi Psikologis, yakni pendekatan yang memperhatikan proses mental.
2.
Teori Kognitif berfokus pada situasi
saat ini, yakni pendekatan yang digunakan untuk mempelajari keadaan individu
pada saat ini untuk kemudian memprediksi masa depannya.
3.
Berinteraksinya Orang dan Lingkungan,
yakni pendekatan dimana orang tersebut dengan cara tertentu berusaha memberi
arti pada lingkungannya dan memanfaatkan semua objek lingkungannya tersebut
dengan cara yang menguntungkan.
Prinsip-prinsip dasar teori belajar
kognitif dapat dirimuskan sebagai berikut :
1.
Belajar merupakan peristiwa mental yang
berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah dan
kesadaran walaupun tidak tampak merupakan sesuatu yang diteliti.
2.
Sehubungan dengan pembelajaran, teori
belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus
memperhatikan perilaku si belajar yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah,
hasil tes, di samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan
lingkungan psikologinya.
3.
Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan
berpikir orang tidak sama antara yang satu dengan yang lain dan tidak tetap
dari waktu ke waktu yang lain.
Model teori belajar
kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar
penemuan oleh Bruner, model belajar bermakna ole Ausubel, model pemrosesan
informasi dan model peristiwa pembelajaran oleh Robert Gagne dan model
“perkembangan intelektual” oleh Jean Piaget
IV. MODEL PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE Dan
MODEL “PERKEMBANGAN INTELEKTUAL” Oleh JEAN PIAGET
Robert
Gagne (1977) adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah memperkenalkan
berbagai pandangan tentang belajar, salah satunya adalah teori pembelajaran
yang didasarkan pada model informasi. Menurutnya proses belajar yang terpenting
adalah kualitas, penetapan (daya simpan) dan kegunaan belajar.
Hakekat
Belajar Menurut Gagne
Belajar
adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung
selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau
perubahan sikap, minat atau nilai, perubahan itu harus dapat tahan selama
beberapa periode waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan
misal : perubahan tinggi badan atau perkembangan otot dan lain-lain (Margareth
G. Bell. 117-129)
Ragam
Belajar
Gagne
menemukan bahwa ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu sebagai
berikut :
1.
Informasi Verbal, adalah kapabilitas
yang dinyatakan dengan kategori memperoleh label atau nama-nama, fakta dan
bidang pengetahuan yang sudah tersusun.
2.
Keterampilan Intelek, adalah kapabilitas
yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di
masyarakat. Keterampilan ini terdiri atas 4 keterampilan yang berhubungan dan
bersifat sederhana sampai yang rumit yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep
konkrit dan konsep menurut definisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang
bertarafnya lebih tinggi.
3.
Keterampilan Gerak (Motorik), adalah
kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmania.
4.
Sikap, adalah kapabilitas yang
mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang perlu diambil.
5.
Siasat Kognitif adalah kapabilitas yang
mengatur bagaimana di belajar mengelolah belajarnya, seperti mengingat atau
berfikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal
ini mempengaruhi dan perhatian si belajar dan informasi yang tresimpan dalam
ingatannya.
Ada dua prasayarat yang mendukung terjadinya lima ragam belajar
yaitu prasyarat esensial adalah kapabilitas khusus yang merupakan bagian
terpadu, dan prsyarat pendukung adalah kapabilitas-kapabilitas yang
memperlancar proses belajar.
Proses
Kognitif Dalam Belajar
Proses
kognitif dalam belajar terjadi melalui sembilan tahap proses kognitif yang kemudian
dikelompokkan dalam tiga fase belajar yaitu fase persiapan, fase perolehan dan
perbuatan, dan fase alih belajar. Selanjutnya dari setiap fase-fase belajar ini
dikembangkan sembilan peristiwa (aktifitas) pembelajaran yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu memberi perhatian, menjelaskan tujuan
siswa, merangsang ingatan, menyajikan materi perangsang, memberi bimbingan
belajar dan menampilkan kemampuan, memberi umpan balik, menilai kemampuan dan
meningkatkan retensi dan transfer.
Fase-fase belajar dan sembilan peristiwa
pembelajaran tersebut dapat dilihat melalu diagram di bawah ini :
Proses
belajar
|
|
|
Peristiwa
Pembelajaran
|
Perhatian
|
|
1.
|
Memberi
perhatian
|
|
|
|
|
Pengharapan
|
|
2.
|
Menjelaskan
tujuan belajar pada siswa
|
|
|
|
|
Membangkitkan
ingatan
|
|
3.
|
Merangsang
ingatan
|
|
|
|
|
Persepsi
Seleksi
|
|
4.
|
Menyajikan
materi perangsang
|
|
|
|
|
Penyimpanan
dlm Memori Jangka Panjang
|
|
5.
|
Memberikan
bimbangan belajar
|
|
|
|
|
Respon
|
|
6.
|
Menampilkan
kemampuan
|
|
|
|
|
Reinforcement
|
|
7.
8.
|
Memberi
umpan balik
Menilai
kemampuan
|
|
|
|
|
Retrival
|
|
9.
|
Meningkatkan
retensi dan transfer
|
|
|
|
|
Jean
Piaget adalah seorang psikolog yang sangat memperhatikan tentang perkembangan
intelektual anak mulai bayi sampai dewasa. Menurutnya ada tiga fungsi intelek yaitu
: 1. Proses mendasar bagi terjadinya perkembangan kognitif, 2. Cara bagaimana
pembentukan pengetahuan dan 3. Tahap-tahap perkembangan intelektual.
Prinsip-Prinsip
Teori Perkembangan Intelektual
Ada enam prinsip teori
perkembangan intelektual dan perkembangan intelektual yakni :
1.
Teori perkembangan intelektual bertujuan
untuk menjelaskan mekanisme dari proses perkembangan individu sampai menjadi
individu yang mampu bernalar dan berfikir menggunakan hipotesa.
2.
Perkembangan genetika dalam organisme
tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak
terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi proses interaksi
antara organisme dan lingkungan.
3.
Kecerdasan adalah proses adaptasi
terhadap lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam
mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
4.
Hasil perkembangan intelektual adalah
kemampuan berfikir operasi formal
5.
Fungsi perkembangan intelektual adalah
menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak
atas lingkungannya denan kelenturan dan berbagai macam cara.
6.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses
pengaturan diri (equilibrium).
Proses Perkembangan Intelektual
Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses intelektual, yakni :
1.
Asimilasi, adalah proses perpaduan
antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
2.
Akomodasi, adalah penyesuaian struktur
internal pada ciri-ciri tertentu dan situasi khusus yang berupa objek atau
kejadian yang baru.
3.
Equalibrasi, adalah pengaturan diri yang
berkesinambungan yang memungkinkan seseorang untuk tumbuh, berkembang dan
berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang.
Menurut Jean Piaget hakikat
pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan.
Ciri konsepsi pengetahuan yaitu a. pengetahuan bersifat berubah, b. berfokus
pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungan, c.
lingkup bidang yang diselidiki, d. bersifat interdisiplin antara disiplin
filsafat, psikologi dan biologi.
Jenis-jenis
pengalaman yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logis matematis. Pengalaman
fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan dimana individu mulai
mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpai. Pengalaman logis-matematis
terjadi dimana sifat-sifat fisik dari objek diabstraksikan dan
dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik.
Tahap perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui empat tahap yaitu
1.
Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah
kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
2.
Pre-operasional, yakni perkembangan
ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
3.
Kongkrit operasional, yaitu perkembangan
kognitif yang terjadi pada usia 7-17 tahun dimana seorang anak sudah mulai
melakukan operasi.
4.
Tahap formal operasi, yaitu perkembangan
kognitif yang terjadi pada usia 11 sampai 15 tahun di mana anak mulai dapat
berfikir praoperasional.
Dengan memahami
tahap-tahap perkembangan intelektual anak beserta karakteristiknya diharapkan
seorang guru atau orang tua dapat membantu seorang anak untuk memprediksi
tentang apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan perkembangan intelektual anak.