Jumat, 28 November 2014

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


I.                  HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Pengertian Belajar
-                 Belajar adalah penambahan pengetahuan
ü   Biasanya dianut di banyak sekolahan. Guru biasanya memberikan ilmu sebanyak-banyaknya kepada murid-muridnya.
ü   Banyak yang menafsirkan dengan menghafal jadi seringkali hasil nilai ujian kurang memuaskan.
-                 Belajar adalah perubahan perilaku karena pengalaman
Ø   Menurut Fontana (1981), belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Ø   Menurut Gagne (1985), belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Ø   Menurut Bower dan Hilgard (1981) yaitu bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh instink, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan.

Ciri-ciri Belajar
            Menurut pengertian tersebut, belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Kedua pengertian terakhir tersebut memusatkan perhatiannya pada tiga hal, yaitu :
1.                  Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan dari segala aspek yakni Pengetahuan, Kognitif, Sikap dan Nilai (afektif), serta Keterampilan (psikomotor).
2.                  Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi Fisik, interaksi Psikis, dan interaksi individu dengan lingkungan
Namun perubahan perilaku karena faktor kematangan tidak termasuk hasil belajar karena semua tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar.
3.                  Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Jenis-jenis Belajar
            Gagne mengemukakan delapan jenis belajar, yakni :
1.                  Belajar isyarat (Signal Learning), yakni melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat.
2.                  Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning), yakni belajar karena ada rangsangan dari luar.
3.                  Belajar Rangkaian (Chaining Learning), yakni belajar yang terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya hingga melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, ibu-bapak, panas-dingin, dan sebagainya.
4.                  Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning), terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal (kiasan). Misal : wajahnya seperti bulan kesiangan
5.                  Belajar Membedakan (Discrimination Leraning), terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahn ya banyak itu.
6.                  Belajar Konsep (Concept Learning), terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak. Misal : binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk hidup.
7.                  Belajar Hukum dan Aturan (Rule Learning), terjadi bila individu menggunakan beberapa rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi suatu aturan. Misal : benda memuai bila dipanaskan, teh manis bila diberi gula, dan sebagainya.
8.                  Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning ), terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan. Misal : mengapa harga bahan bakar minyak naik?
Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain berkaitan.
Pengertian Pembelajaran
            Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
            Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
v  Pengajaran : hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas.
v  Pembelajaran : interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik, namun siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, atau media lainnya. Namun guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.

Ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konsep belajar. Di samping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi.
Ciri-ciri dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan metode dan media dalam rangka membahas materi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Evaluasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai keberhasilan pembelajaran. Baik materi, kegiatan, maupun evaluasi dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran.




II.        HAKIKAT TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

            Belajar merupakan suatu proes bagi manusia untuk menguasai berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Teori belajar behavioristik lahir sebagai upaya penyempurnaan terhadap perspektif tentang cara manusia belajar. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut John B. Watson percaya bahwa semua makhluk hidup menyesuaikan diri terhadap lingkungannya melalui respon. Asumsi inilah yang menjadi landasar dasar dari teori belajar behavioristik. Sebelum Watson teori belajar behavioristik juga dikaji oleh Ivan Pavlov yang dikenal dengan teori classical conditioning, tokoh lain yang juga memulai kajian perilaku sebelum Watson adalah Thorndike, dengan teorinya yang dikenal sebagai teori Connectionism.

Premis Dasar Teori Belajar Behavioristik
            Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon – yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Pengertian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
 









            Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respon yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi.
Ada tiga teori belajar behavioristik yang perlu diajari yakni
1.             Teori classical conditioning dari Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) yang  didasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorang serta gerak refleks setelah menerima stimulus. Ada 3 parameter dalam teori ini yaitu “reinforcement, extinction, and spontaneous recovery” (penguatan, penghilangan, pengembalian spontan). Menurut Pavlov, penguatan berperan penting dalam mengkondisikan munculnya respon yang diharapkan. Jika penguatan tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respon terkondisi akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respon tersebut dapat muncul kembali.
Teori ini juga dikenal dengan perampatan stimulus yaitu kecenderungan untuk memberikan respon terkondisi terhadap stimulus yang serupa dengan stimulus terkondisi, meskipun stimulus tersebut belum pernah diberikan bersama-sama dengan stimulus tak terkondisi. Selain itu teori ini juga mengenal konsep diskriminasi stimulus yaitu suatu proses belajar untuk memberikan respon terhadap suatu stimulus tertentu atau tidak memberikan respon sama sekali terhadap stimulus yang lain.
2.             Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba, sementara respon yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respon akan memperkuat kemungkinan munculnya respon. Respon yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.
Thorndike mengemukakan yiga dalil tentang belajar, yakni :
a.         law of effect” (dalil sebab akibat), yaitu situasi atau hasil yang menyenangkan yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon atau perilaku yang dimunculkan.
b.        law of exercise” (dalil latihan/pembiasaan), yaitu latihan akan menyempurnakan respon.
c.         law of readiness” (dalil kesiapan), menyatakan kondisi-kondisi yang dianggap mendukung dan tidak mendukung pemunculan respon. Jika siswa sudah siap (sudah belajar sebelumnya), maka ia akan siap untuk memunculkan suatu respon atas dasar stimulus/kebutuhan yang diberikan.
3.             Teori belajar behavioristik dari John B. Watson (1878-1958)  menyatakan bahwa stimulus dan respon yang menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Interaksi stimulus dan respon merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.
























III.       PRINSIP DASAR DAN TUJUAN TEORI BELAJAR KOGNITIF

            Menurut teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
            Teori kognitif berhubungan dan berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan arti penting proses internal atau proses-proses mental.             Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung.

Tujuan Teori Belajar Kognitif
1.                  Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruangan kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai situasi psikologinya.
2.                  Membantu guru untuk memahami orang lain terutama muridnya dan membantu dirinya sendiri.
3.                  Mengkonstruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas dan untuk menghasilkan prosedur yang memungkinkan belajar menjadi produktif.
4.                  Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa dirinya dan lingkungannya merupakan faktor yang saling tergantung satu sama lain.

Pengertian Insight
            Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hampir sama. Dapat juga dikatakan insight adalah pemahaman terhadap suatu situasi yang lebih mendalam dari pada kata-kata dan secara sadar memahaminya. Insight terjadi dengan melihat kasus-kasus/kejadian yang terpisah kemudian menggeneralisasikannya dan timbul pemahaman.

Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respon yaitu :
1.             Teori Kognitif Menekankan Pada Fungsi-Fungsi Psikologis, yakni pendekatan yang memperhatikan proses mental.
2.             Teori Kognitif berfokus pada situasi saat ini, yakni pendekatan yang digunakan untuk mempelajari keadaan individu pada saat ini untuk kemudian memprediksi masa depannya.
3.             Berinteraksinya Orang dan Lingkungan, yakni pendekatan dimana orang tersebut dengan cara tertentu berusaha memberi arti pada lingkungannya dan memanfaatkan semua objek lingkungannya tersebut dengan cara yang menguntungkan.

Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirimuskan sebagai berikut :
1.             Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah dan kesadaran walaupun tidak tampak merupakan sesuatu yang diteliti.
2.             Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku si belajar yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, di samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologinya.
3.             Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir orang tidak sama antara yang satu dengan yang lain dan tidak tetap dari waktu ke waktu yang lain.

Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan adalah model belajar penemuan oleh Bruner, model belajar bermakna ole Ausubel, model pemrosesan informasi dan model peristiwa pembelajaran oleh Robert Gagne dan model “perkembangan intelektual” oleh Jean Piaget
IV.         MODEL PEMBELAJARAN ROBERT GAGNE Dan MODEL “PERKEMBANGAN INTELEKTUAL” Oleh JEAN PIAGET

            Robert Gagne (1977) adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah memperkenalkan berbagai pandangan tentang belajar, salah satunya adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada model informasi. Menurutnya proses belajar yang terpenting adalah kualitas, penetapan (daya simpan) dan kegunaan belajar.

Hakekat Belajar Menurut Gagne
            Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau nilai, perubahan itu harus dapat tahan selama beberapa periode waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena pertumbuhan misal : perubahan tinggi badan atau perkembangan otot dan lain-lain (Margareth G. Bell. 117-129)

Ragam Belajar
            Gagne menemukan bahwa ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu sebagai berikut :
1.                  Informasi Verbal, adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun.
2.                  Keterampilan Intelek, adalah kapabilitas yang berupa keterampilan yang membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan ini terdiri atas 4 keterampilan yang berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit yaitu belajar diskriminasi, belajar konsep konkrit dan konsep menurut definisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang bertarafnya lebih tinggi.
3.                  Keterampilan Gerak (Motorik), adalah kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan jasmania.
4.                  Sikap, adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana yang perlu diambil.
5.                  Siasat Kognitif adalah kapabilitas yang mengatur bagaimana di belajar mengelolah belajarnya, seperti mengingat atau berfikir dalam rangka mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal ini mempengaruhi dan perhatian si belajar dan informasi yang tresimpan dalam ingatannya.
Ada dua prasayarat  yang mendukung terjadinya lima ragam belajar yaitu prasyarat esensial adalah kapabilitas khusus yang merupakan bagian terpadu, dan prsyarat pendukung adalah kapabilitas-kapabilitas yang memperlancar proses belajar.

Proses Kognitif Dalam Belajar
            Proses kognitif dalam belajar terjadi melalui sembilan tahap proses kognitif yang kemudian dikelompokkan dalam tiga fase belajar yaitu fase persiapan, fase perolehan dan perbuatan, dan fase alih belajar. Selanjutnya dari setiap fase-fase belajar ini dikembangkan sembilan peristiwa (aktifitas) pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu memberi perhatian, menjelaskan tujuan siswa, merangsang ingatan, menyajikan materi perangsang, memberi bimbingan belajar dan menampilkan kemampuan, memberi umpan balik, menilai kemampuan dan meningkatkan retensi dan transfer.
Fase-fase belajar dan sembilan peristiwa pembelajaran tersebut dapat dilihat melalu diagram di bawah ini :









Proses belajar


Peristiwa Pembelajaran
Perhatian

1.
Memberi perhatian



Pengharapan

2.
Menjelaskan tujuan belajar pada siswa



Membangkitkan ingatan

3.
Merangsang ingatan



Persepsi Seleksi

4.
Menyajikan materi perangsang



Penyimpanan dlm Memori Jangka Panjang

5.
Memberikan bimbangan belajar



Respon

6.
Menampilkan kemampuan



Reinforcement

7.
8.
Memberi umpan balik
Menilai kemampuan



Retrival

9.
Meningkatkan retensi dan transfer






            Jean Piaget adalah seorang psikolog yang sangat memperhatikan tentang perkembangan intelektual anak mulai bayi sampai dewasa. Menurutnya ada tiga fungsi intelek yaitu : 1. Proses mendasar bagi terjadinya perkembangan kognitif, 2. Cara bagaimana pembentukan pengetahuan dan 3. Tahap-tahap perkembangan intelektual.

Prinsip-Prinsip Teori Perkembangan Intelektual
Ada enam prinsip teori perkembangan intelektual dan perkembangan intelektual yakni :
1.                  Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme dari proses perkembangan individu sampai menjadi individu yang mampu bernalar dan berfikir menggunakan hipotesa.
2.                  Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi proses interaksi antara organisme dan lingkungan.
3.                  Kecerdasan adalah proses adaptasi terhadap lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
4.                  Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berfikir operasi formal
5.                  Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya denan kelenturan dan berbagai macam cara.
6.                  Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri (equilibrium).

Proses Perkembangan Intelektual
Menurut Jean Piaget  ada tiga tahap proses intelektual, yakni :
1.                  Asimilasi, adalah proses perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
2.                  Akomodasi, adalah penyesuaian struktur internal pada ciri-ciri tertentu dan situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru.
3.                  Equalibrasi, adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang untuk tumbuh, berkembang dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang.

Menurut Jean Piaget hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Ciri konsepsi pengetahuan yaitu a. pengetahuan bersifat berubah, b. berfokus pada perbedaan kualitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungan, c. lingkup bidang yang diselidiki, d. bersifat interdisiplin antara disiplin filsafat, psikologi dan biologi.
            Jenis-jenis pengalaman yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logis matematis. Pengalaman fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan dimana individu mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpai. Pengalaman logis-matematis terjadi dimana sifat-sifat fisik dari objek diabstraksikan dan dihubung-hubungkan ke dalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik.
Tahap perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui empat tahap yaitu
1.                  Tahap  sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun.
2.                  Pre-operasional, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
3.                  Kongkrit operasional, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7-17 tahun dimana seorang anak sudah mulai melakukan operasi.
4.                  Tahap formal operasi, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 11 sampai 15 tahun di mana anak mulai dapat berfikir praoperasional.

Dengan memahami tahap-tahap perkembangan intelektual anak beserta karakteristiknya diharapkan seorang guru atau orang tua dapat membantu seorang anak untuk memprediksi tentang apa yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perkembangan intelektual anak.