Minggu, 22 November 2015

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL; TEACHING LEARNING)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
 (CONTEXTUAL; TEACHING LEARNING)


A.  Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual; teaching learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Pengertian CTL
            CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehiduapan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
            CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1.      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.      Ciptakan masyarakat belajar.
5.      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6.      Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7.      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.


Komponen CTL
1.      Konstruktivisme
C  Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
C  Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2.      Inquiry
C  Proses Perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
C  Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
3.      Questioning (Bertanya)
C  Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
C  Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4.      Learning Community (Masyarakat Belajar)
C  Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
C  Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
C  Tukar pengalaman.
C  Berbagi ide.
5.      Pemodelan (Modeling)
C  Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.
C  Mengerjakan apa yang guru ingnkan agar siswa mengerjakannya
6.      Reflection (Refleksi)
C  Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
C  Mencatat apa yang telah dipelajari.
C  Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
7.      Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
C  Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
C  Penilaian produk (kinerja)
C  Yugas-tugas yang relevan dan konstekstual.

Karakteristik Pembelajaran CTL
    Kerjasama
    Saling menunjang
    Menyenangkan, tidak membosankan
    Belajar dengan bergairah
    Pembelajaran terintegrasi
    Menggunakan berbagai sumber
    Siswa aktif
    Sharing dengan teman
    Siswa kritis guru kreatif
    Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain

B.     Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :
  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Pencapaian Hasil Belajar.
  2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
  4. Buatlah scenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Menurut Zahorik, E. Mulyasa (2003) ada 5 elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
  1. Pembelajaran harus memperhatikan penegtahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
  2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju baguan-baguannya secara khusus (dari umum ke khusus)
  3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
  4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
  5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.



Bermain Peran (Role Playing)
            Bermain merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehiduapan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian.

Pembelajaran Partisipatif
            Pembelajaran partisipatif merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

Belajar Tuntas
            Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.

Pembelajaran dengan Modul
            Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Pembelajaran Inkuiri

            Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

ptk penerapan kegiatan senam fantasi dapat meningkatkan kemampuan Motorik Kasar

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
            Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. perubahan tingkah laku terjadi karena adanyausaha individu yang bersangkutan baik yang dapat mengembangkan kreatifitas, sikap dan perilaku, perubahan pola pikir dan pola tindak , maupun perubahan fisik dan motorik. pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dilingkungan sekolah dan di luar lingkungan olah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses harus berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai untuk anak usia Taman Kanak-Kanak.
            Pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai strategi pembangunan sumber daya manusia haruslah dipandang sebagai titik sentral dan sangat fundamental serta strategis mengingat usia dini merupakan masa keemasan namun sekaligus periode yang sangat kritis dalam tahap perkembangan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini sangat menentukan derajat kualitas manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian invenstasi pengembangan anak usia dini merupakan invenstasi sangat penting bagi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Dalam konteks pengembangan sumberdaya manusia, pendidikan pra sekolah harus dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak anak. Oleh karena itu dalam upaya pendidikan pra sekolah, diharapkan kepada para pendidik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan.
            Salah satu penerapan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan adalah dengan menggunakan beberapa metode dan melalui beberapa kegiatan. Salah satu dari beberapa kegiatan tersebut adalah kegiatan senam fantasi.


B.        Perumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini dirumuskan masalah yang menjadi pokok penelitian ini.
            Rumusan Masalah Umum
            Apakah penerapan kegiatan senam fantasi dapat meningkatkan kemampuan Motorik Kasar di TK YP Wonokitri?
            Rumusan Masalah Khusus
1.         Bagaimanakah aktivitas guru dalam proses pembelajaran selama berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya?
2.         Bagaimanakah aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya?
3.         Bagaimanakah hasil belajar kemampuan motorik kasar Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya setelah berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi?
4.         Bagaimanakah tanggapan siswa Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya setelah berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi?
5.         Bagaimanakah ketuntasan hasil belajar kemampuan motorik kasar Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya setelah berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi?

C.        Cara Pemecahan Masalah
            Dalam kegiatan belajar mengajar yang diambil kompetensi dasarnya adalah memperkenalkan berbagai macam-macam gerak motorik kasar. Dimana siswa diberi penjelasan dulu berbagai macam-macam gerak motorik kasar yang baik dan benar. Setelah itu siswa diminta mempraktekkan ke depan dengan diberi penilaian langsung, dan pembenaran jika terjadi kesalahan.

D.        Tujuan Penelitian
             Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:
1.         Ingin mengetahui aktivitas guru dalam proses pembelajaran selama berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya.
2.         Ingin mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya.
3.         Ingin mengetahui hasil belajar kemampuan motorik kasar pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya setelah berlangsungnya penerapan kegiatan senam fantasi
4.         Ingin mengetahui ketuntasan hasil belajar kemampuan motorik kasar pada Kelompok B TK YP Wonokitri Surabaya setelah menerapkan penerapan kegiatan senam fantasi

E.        Manfaat  Hasil Penelitian
            Manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
Bagi Peneliti:
1.         Sebagai  bahan peningkatan dalam pembelajaran.
2.         Sebagai upaya menumbuhkan daya  inovatif  dan kreatifitas.
3.         Kegiatan penulisan ini dapat dijadikan sebagai kegiatan Edukatif yang Efektif.
Bagi Teman sejawat
1.         Sebagai bahan peningkatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.
2.         Sebagai  acuan penelitian pada bidang pembelajaran yang lain.
Bagi siswa
1.         Dapat menambah  pengalaman belajar.
2.         Dapat menumbuhkan motivasi belajar.
3.         Dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan TK adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia 4 sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Perkembangan jasmani sangatlah perlu dilakukan setiap harinya agar tumbuh kembang anak juga dapat berjalan dengan baik. Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan anak dengan baik adalah dengan berolahraga. Olahraga tak sekadar membuatnya sehat dan bugar, tapi bisa pula mengembangkan kemampuan motoriknya. Jadi, tubuh anak dijamin lebih sehat dan bugar, sehingga bisa survive ketika menghadapi berbagai tantangan yang menghadang (secara fisik maupun psikis). Namun anak dengan umur di bawah 6 tahun belum ada keinginan untuk berolahraga, maka para pendidik tidak boleh memaksanya. Anak mengembangkan keterampilan tertentu pada usia yang berbeda-beda. Maka untuk menarik minat pendidikan harus dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan, salah satunya adalah kegiatan senam fantasi.
Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang menyenangkan, mengasikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir. Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan demikian anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya.



A.        Pengertian Motorik Kasar
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Perkembangan Motorik Kasar berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

Menurut Dynamic System Theory (dalam http://episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/HYPERLINK "http://episentrum.com/artikel-psikologi/perkembangan-motorik-anak-usia-dini/.2011".2011), mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.

B.        Pengertian Senam Fantasi
            Kegiatan ini tidak membutuhkan alat, anak hanya menggerakkan


BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
            Menurut Sukidin dkk (2002), ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti; (2) penelitian tindakan kolaboratif; (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru berperan dalam proses penelitian tindakan kelas ini. Tujuan utama dalam bentuk penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelaajaran dikelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Jika di dalam penelitian ini terdapat pihak lain maka peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Menurut Suyanto (1997), secara singkat PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penenlitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secar lebih professional.
Menurut Kemmis dan Taggart (1988), menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

·                     Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian
·                    Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak TK YP WONOKITRI, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.

·                    Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari




·                    Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah anak didik di Taman Kanak-Kanak YP WONOKITRI sebanyak 15 (lima belas) siswa. Pemilihan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu melakukan kegiatan senam fantasi untuk meningkatkan kemampuan keterampilan motorik kasar pada anak didik dilembaga tersebut. Pertimbangan lainnya adalah bahwa melakukan kegiatan senam fantasi sebagai kegiatan pembelajaran sangat sesuai dan efektif dikembangkan dilembaga tersebut. Sementara itu pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kemudahan pelaksanaan penelitian dengan adanya kerja sama yang baik dengan para guru Taman Kanak-Kanak YP WONOKITRI karena peneliti juga bertindak sebagai guru dilembaga tersebut.

·                    Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi. 2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkan pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi dan seterusnya.
Namun dalam pelaksanaannya dilakukan sebanyak III siklus pengajaran yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
·                    Planning (Rencana)
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala alat yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), naskah yang akan dipakai sebagai media dalam pembelajaran.

·                    Action (Tindakan) dan  Observation (Pengamatan)
Pada tahap kedua ini, kegiatan belajar mengajar diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran seperti yang tercantum pada RPP yang dibuat. Dan menggunakan naskah yang telah dipersiapkan untuk mendukung kegiatan senam fantasi. Guru memberikan apersepsi tentang materibpelajaran yang akan disampaikan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pelajaran.
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, selain mengajar peneliti juga mengamati keaktifan siswa, antusias dan minat terhadap kegiatan senam fantasi.

·                    Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap penerapan dan observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil observasi, guru dapat mengadakan refleksi. Dengan melihat data observasi, guru dapat mengevaluasi diri sendiri dan dapat melihat sejauuh mana kemampuan siswa dalam mengikuti senam fantasi. Selain itu refleksi juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar dalam setiap siklus.

·                    Revisi
Setelah dilakukan refleksi, dalam pembelajaran selanjutnya adalah revisi sebagai tindak lanjut atau tindakan perbaikan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan sebagai tahap penyempurnaan dari siklus I sampai dengan siklus III.

·                     Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan instrument penelitian

·                     Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengolah instrument evaluasi kegiatan senam fantasi dalam bentuk persentase. Kemudian data tersebut dideskripsikan.