Kamis, 27 Juli 2017

Hakikat Menggambar

Definisi Menggambar
             Menggambar adalah proses membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda tajam seperti pensil atau pena pada bidang datar misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding (Depdikbud, 2005: 15). Menurut Hajar Pamadhi (2008: 2.8) aktivitas menggambar merupakan kegiatan naluriah atau alami bagi anak, karena hampir setiap hari anak melakukan ini untuk bercerita dengan orang lain. Aktivitas menggambar adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna (Depdikbud, 2005: 47). Dikatakan pula bahwa menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan-angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu.
             Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 250) menggambar adalah membuat gambar atau melukis. Dalam Tarja Sudjana, Irin Tambrin, Tity Soegiarty, dan Maman Tocharman (2001: 1), menggambar diartikan dengan membuat gambar. Mengandung makna bahwa menggambar merupakan membuat tiruan benda yang berupa orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya yang dibuat pada bidang datar dengan alat yang menghasilkan jejak yang jelas dijelaskan. Dalam kajian lain, seperti dikutip dalam Saiful Haq (2008: 1), menggambar dipandang sebagai kegiatan suatu penguraian penjelasan untuk suatu keperluan sehingga cukup hanya dinyatakan dengan goresan goresan dan coretan-coretan garis saja.
Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2007: 10) menggambar adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan garis warna. Dengan demikian menggambar merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi yang diungkapkan melalui garis, bentuk, warna dan teksture. Dijelaskan pula dalam Suwarna (2007: 10) bahwa menggambar juga merupakan curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis, kreatif, harmonis, dan ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini dapat menimbulkan sesuatu.
Pembelajaran di TK aktivitas menggambar yang digunakan antara lain: jenis menggambar bebas, menggambar imajinatif, dan mewarnai gambar. Kegiatan atau aktivitas menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan anak (Depdikbud, 2005: 47) dan hasil dari kegiatan tersebut disebut gambar. Melalui aktivitas menggambar anak dapat mencurahkan segala isi hatinya dalam bentuk gambar, sehingga apa yang ia inginkan, apa yang ia senangi, bahkan apa yang tidak disenangi dapat disalurkan dalam bentuk gambar (Suwarna, 2005: 21).
           Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas menggambar anak usia dini merupakan ungkapan hati untuk menyatakan keinginan, perasaan, pikiran dalam bentuk goresan atau gambar. Aktivitas menggambar dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan menggambar yang dilakukan melalui menggambar komik (cerita berseri) di atas kertas HVS.

 Tujuan Pengajaran Menggambar pada Anak 
        Pengajaran menggambar (bagian dari aspek seni ) bertujuan supaya anak mempunyai kemampuan dasar untuk mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media (Depdiknas 2004:25). Adapun tujuan utama menggambar ialah: (1) Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri; 
(2) Mengembangkan daya kreaktivitas; 
(3) Mengembangkan kemampuan berbahasa; 
(4) Mengembangkan citra diri anak, 

Manfaat Pengajaran Menggambar pada Anak 
              Manfaat menggambar untuk anak adalah : 
(1) Menggambar dalam bentuk apapun merupakan ekspresi dan bagian dari proses kreatif dan imajinatif mereka di masa kecil. Dengan menggambar, anak akan belajar mencipta atau berkreasi, menuangkan ide-idenya, serta memvisualisasikan dan merealisasikan imajinasinya dalam sebuah karya. 
(2) Membantu proses perkembangan aspek kognitif, kecerdasan emosional dan kecerdasan motorik mereka. Menggambar dapat membantu meningkatkan konsentrasi anak, melatih daya ingat, kesabaran, ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu. Selain sebagai bentuk ekspresi, menggambar juga dapat membantu menyalurkan bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak melalui gambar. Menggambar juga melatih keterampilan dan kemampuan motorik halus anak. Seperti halnya menulis, menggambar dapat melatih gerak tangan untuk menghasilkan tulisan atau bentuk gambar yang lebih baik. 
(3) Mengasah bakat anak yang bisa berdampak signifikan terhadap kemampuan dan skill mereka di masa depan. Semua anak mungkin suka menggambar dan bisa menggambar, tetapi anak yang berbakat menggambar bisa menghasilkan gambar yang lebih bagus. Karena itu, ketika anak mulai mencorat-coret media yang ditemukannya, simpanlah kata “jangan” dan gantilah dengan memberikan media menggambar yang tepat seperti kertas, buku gambar, atau karton. Biarkan mereka berekspresi, serta berikan pula apresiasi atas gambar yang mereka buat atau mereka warnai. Bakat bisa diminati jika terus dilatih, dibiasakan dan dikembangkan dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. 
(4) Menggambar sebagai sebuah stimulus untuk menumbuhkan minat belajar, sekaligus metode pembelajaran dan pendidikan berbasis kreativitas, dengan syarat anak dibiarkan mengekspresikan pikiran dan perasaannya lewat gambar tanpa selalu diberikan objek tiruan. Gambar yang berantakan khas coretan anak lebih mencerminkan naturalitas dan kreativitas dari pada kehalusan bentuk yang dihasilkan dari meniru objek yang ada.

Tahapan Menggambar 
          Menurut Lowenfeld (dalam Sumanto, 2006:30) Pada rentang usia 3 samapai 6 tahun, anak masuk dalam 2 tahapan tingkat menggambar yaitu: 
(1) Tahap Coreng Mencoreng 
      Dimulai dari usia 2 tahun dan berakhir di usia 4 tahun. Tahap ini terbagi menjadi tahap tak beraturan, tahap corengan terkendali dan tahap corengan bernama. Pada masa ini anak belum menggambar untuk mengutarakan suatu maksud. Anak hanya ingin membuat sesuatu yang dikemukakannya melalui mencoreng. Setelah mencoreng anak akan merasa senang. Tahap ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk menggambar yang sesungguhnya. Di akhir tahap ini anak mulai memberi nama pada corengannya, mulailah corengan tersebut bermakna sebagai ungkapan emosi anak. 
(2) Tahap Prabagan 
        Dimulai dari usia 4 tahun dan berakhir pada usia 7 tahun. Di tahap ini motorik anak sudah lebih berkembang. Ia bisa mengendalikan tangan dan menuangkan imajinasinya dengan lebih baik. Di tahap ini anak menggambar dengan penekanan pada bagian yang aktif dan sering melupakan beberapa bagian. Contoh, jika anak menggambar orang, maka penekanan dilakukan pada bagian kepala, tangan dan kaki. Sering kali kita melihat anak pada tahapan ini menggambar orang sebagai satu keutuhan lingkaran dengan mata, tangan dan kaki yang juga menempel pada lingkaran tersebut. 
Pada tahap ini anak lebih mengutamakan hubungan gambar dengan objek dari pada hubungan warna dengan objek. Kerap kali kita temukan gambar dengan warna yang tidak sesuai aslinya. Umpama, langit warna merah, jalan warna kuning, dan sebagainya. Objek gambar pun masih dari objek-objek yang ada di sekitarnya, seperti orangtua, binatang peliharaannya, dan lainnya. Maka dari itu, orangtua perlu mengenalkan berbagai hal dan objek-objek yang dapat dieksplorasi oleh anak untuk dituangkan dalam bentuk gambar. 
       Dapat disimpulkan disini dalam proses belajar menggambar yang mencakup berbagai tema sesuai dengan kurikulum TK bertujuan untuk memenuhi kepentingan perkembangan potensi anak. Tersirat didalamnya yaitu pembentukan fungsi jiwa anak dalam bentuk karya gambarnya.

       Sedangkan menurut Handayani (2004) mengemunkakan beberapa tahapan gambar, yaitu sebagai berikut:
a. Pada usia 2 tahun anak hanya dapat menggambar berupa coretan/scribble, gambaran yang dibuat anak bisa berupa garis vertikal ataupun zig-zag.
b. Pada usia 3 tahun, anak sudah bisa menggambar berbagai macam bentuk, misalnya saja bentuk segitiga, lingkaran, kotak, silang, dan lain-lain.
c. Pada usia 4-5 tahun, anak akan mulai merubah gambarannya dari gambar yang abstrak menjadi gambar yang hampir atau sudah menyerupai bentuk aslinya. Tahap ini disebut dengan tahap gambar atau pictorial stage.

      Tahapan menggambar lain dikemukakan oleh Victor Lowenfeld dalam Suratno (2005: 110-112) dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu (1) tahap scribble usia 2-4 tahun, (2) tahap praskematik (preschematic stage) usia 4-7 tahun, (3) tahap schematic usia 7-9 tahun. Dalam hal ini, anak usia dini hanya sampai pada tahap kedua.
          Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa annak mempunyai beberapa tahapan dalam menggambar, dimana dalam setiap tahapannya pasti akan dimulai dari coretan sederhana sampai ke coretan yang lebih kompleks. Pada anak usia 5 tahun, mereka sudah dapat menggambar menyerupai bentuk aslinya.

Macam-Macam Menggambar 
1) Menggambar Ekspresi 
     Menggambar ekspresi adalah usaha mengunggkapkan dan mengkomunikasikan pikiran, ide/ gagasan, gejolak perasaan/emosi serta imajinasi dalam wujud dwimitra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Unsur yang menonjol adalah garis. Seluruh kontur maupun isian warna berupa garis. ungkapan tersebut sangat pribadi, sehingga gambar yang dihasilkan menunjukan kreativitas maupun keterampilan sesuai dengan diri penggambar. 

2) Menggambar bentuk 
   Menggambar bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan mengkomunikasikan pikiran, ide/gagasan, gejolak perasaan/ emosi serta imajinasi dalam wujud dwimatra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Hasil gambarannya menunjukan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar.

3) Menggambar ilustrasi 
      Ilustrasi berasal dari kata bahasa Belanda yaitu ilustratie, yang artinya hiasan dengan gambar/ pembuatan sesuatu yang jelas. Ilustrasi dapat dilihat pada karya cetak maupun dalam buku-buku, yang fungsinya menambah kejelasan pada buku bacaan atau menghiasi buku. Bermacam-macam gambar, seperti karikatur, gambar manusia, binatang, diagram, foto dan bagan yang terdapat dalam buku pelajaran biologi, sejarah, bahasa maupun dalam majalah atau buku cerita termasuk ilustrasi. 
Berdasarkan macam-macam menggambar diatas yang menjadi acuan peneliti adalah menggambar ekspresi karena dengan menggambar ekspresi ini sangat cocok untuk anak menuangkan ide/gagasanya sendiri dengan bebas

Karakteristik Perkembangan Menggambar
      Karakteristik pada perkembangan menggambar yang sesuai dengan anak usia dini adalah sebagai berikut:
1) Tahap scribble (goresan) sekitar usia 2-4 tahun
Pada tahap ini, anak belum mempunyai pola tertentu dalam menggambar, sehingga produk yang dihasilkan oleh anak tampak belum teratur, acak, dan tidak berpola. Pada usia ini, anak sudah mampu untuk menggambar ataupun menggaris walaupun bentuk yang dihasilkan masih seperti cakaran ayam.
Pada usia ini, anak belum mampu menggambar sesuai dengan keinginannya. Gambar yang dihasilkan oleh anak masih bersifat sangat acak dan tidak beraturan. Pada tahap ini hal yang menarik adalah dalam proses menyelangnyelingkan gambar ataupun garis dan seringnya menggunakan banyak kertas untuk membuat gambar ataupun garis cakar ayam tersebut. Setelah tahapan ini dilalui oleh anak, maka akan akan muncul tahapan selanjutnya, yaitu tahapan transisi menuju aktivitas motorik yang lebih terkendali.
Pada tahap transisi ini, anak sudah mampu membuat garis dan lingkaran mengikuti arah keinginan yang diharapkan, namun dia belum mampu menggambar objek yang diinginkan.

2) Tahap Praskematik sekitar usia 4-7 tahun
Pada tahap ini, untuk pertama kalinya anak mulai menggambar objek yang pernah dilihatnya baik itu benda maupun manusia. Namun pada dasarnya anak akan lebih senang menggambar objek manusia. Menurut Victor Lowenfeld dalam Bandi Sobandi anak cenderung menggambar objek berupa kepala-berkaki, yaitu sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Melalui pengalaman anak dalam menarik goresan-goresan garis mendatar, tegak, dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang dikaitkan dengan bentuk objek tertentu (file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/ 197206131999031-BANDI_SOBANDI/KARAKTERISTIK_LUKISAN_ANAK-ANAK(materi).pdf). Ciri dari tahap ini adalah anak telah dapat menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitar. Aspek warna belum ada hubungannya dengan objek, bisa saja anak menggambar orang denganwarna merah, biru, coklat, atau warna lain sesuai dengan keinginan anak. Selain itu, penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan pada kepentingan anak sendiri. Misalnya jika objek yang akan digambar dianggap penting baginya, maka objek tersebut akan digambar lebih besar daripada objek yang lain. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”. Selain itu, dalam hal ini anak juga belum menguasai penempatan objek dan penguasaan ruang (Victor Lowenfeld dalam Bandi Sobandi: 10).
          Berdasar pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan menggambar anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praskematik, dimana pada tahap ini anak cenderung menggambar objek manusia kepala berkaki. Selain itu, ciri pada tahap ini yaitu: anak sudah dapat menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitar, belum memperhatikan aspek warna yang berhubungan dengan objek asli, serta penempatan objek masih bersifat subjektif.

 Gagasan Menggambar bagi Anak Usia Dini
           Gagasan menggambar yang dilakukan oleh anak usia dini menurut Hajar Pamadhi (2008: 2.38) ada beberapa hal, seperti: menggambar bentuk, menggambar tematis, dan menggambar non-tematis. Namun, dalam hal ini peneliti akan membahas mengenai menggambar bentuk dan menggambar tematis bagi anak usia dini.
a) Menggambar bentuk
Menggambar bentuk adalah kegiatan untuk mewujudkan kesan dari suatu benda yang dilihat atau diamati (Sumanto, 2006: 53). Lebih lanjut Sumanto (2006: 53) mengemukakan bahwa kegiatan menggambar bentuk bertujuan untuk menggambarkan wujud benda yang menduduki suatu tempat atau ruangan. Menggambar bentuk pada usia 5-6 tahun (tahap praskematik) dapat diwujudkan dengan menggambar menggunakan bentuk-bentuk geometri untuk memberikan kesan objek dunia sekitar (Victor Lowenfeld dalam Bandi Sobandi:10). Oleh karena itu, dalam hal ini aspek yang dinilai lebih kepada aspek kerapian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 729) yang dimaksud dengan rapi adalah baik, teratur, bersih, apik. Karena definisi rapi disini banyak persepsi, maka yang paling sesuai dengan kegiatan menggambar bentuk adalah rapi yang berarti teratur dan bersih.

b) Menggambar Tematis
Menggambar tematis maksudnya adalah menggambar dengan berbagai media berdasarkan tema-tema tertentu, tema ini adalah tema yang biasanya ditemui dalam kehidupan sehari-hari ataupun mengenai sesuatu hal yang dianggap aneh (Hajar Pamadhi, 2008: 2.42). Selain itu, Hajar Pamadhi (2007: 16) juga mengemukakan hal lain bahwa menggambar tematis adalah menggambar dengan tema yang sering dijumpai anak sehari-hari atau tema yang berupa: tema lingkungan sekitar, cerita masa lalu, cerita yang akan datang, menggambar isi buku, dan menggambar komik.
Kegiatan menggambar yang akan dilakukan dalam hal ini menggunakan tema-tema yang berada di TK. Sebab, penggunaan tema dalam pembelajaran di TK sangat penting dikarenakan sesuai dengan karakteristik perkembangan anak yang bersifat holistik (Djauhar Siddq dkk, 2006: 81). Tema yang digambar oleh anak pastilah sesuai dengan tahap perkembangannya. Karena pada tahap ini anak berada pada tahap pra-operasional kongret, maka gambar yang dihasilkan oleh anak adalah gambar realistis namun belum membentuk gambar yang proposional. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget dalam Paul Suparno (2001: 53) bahwa gambar yang dihasilkan oleh anak adalah gambar yang realistis meskipun belum proposional.
Jean Piaget dalam Paul Suparno (2001: 53) lebih lanjut menjelaskan bahwa realistis disini bukan seperti yang dipikirkan oleh orang dewasa. Namun lebih pada pemikiran anak, yaitu bukan realistis menurut perspektif yang sesungguhnya dari benda atau kejadian yang digambar. Misalnya, anak yang berusia 5 tahun diminta untuk menggambar rumah dan pohon yang ada di pengunungan. Anak itu pasti akan menggambarkan rumah dan pohon tegak lurus pada pinggir pengunungan. Karena dalam hal ini anak belum paham bagaimana menggambar perspektif yang benar. Pada saat menentukan tema, tema yang dipilih juga harus relevan dengan minat anak, dapat dikembangkan melalui kegiatan pengalaman langsung serta dimulai dengan lingkungan yang paling dekat dengan anak (Djauhar Siddq dkk, 2006: 81).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar