I.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Usia
dini pada umunya juga disebut sebagai usia emas (golden age) sehingga merupakan kesempatan emas bagi anak untuk
belajar. Pada usia ini anak memiliki kemampuan dan semangat untuk belajar yang
luar biasa khususnya pada awal masa kanak-kanak. Mengingat usia dini merupakan
usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan
anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat
badannya, cukup gizinya dan dididik secara baik dan benar. Anak berkembang dari
berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus,
berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional. Kemampuan melakukan
gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri
dan pembentukan konsep diri. Kemampuan gerakan dan tindakan fisik pada
pendidikan usia dini termasuk dalam aspek motorik kasar. Dalam memenuhi aspek
motorik kasar pada anak-anak maka disekolahan wajiblah memberikan pendidikan jasmani
demi mengoptimalkan kesehatan anak.
Pendidikan
jasmani pada anak taman kanak-kanak merupakan awal dari upaya pengarahan,
pembinaan dan pengembangan potensi fisik serta karakter anak secara sistematik
dan teratur dalam upaya mewujudkan cita-cita membangun manusia yang sehat dan
kuat secara keseluruhan. Pengembangan dan pembinaan potensi fisik serta
karakter yang dilakukan sejak usia dini akan memberi landasan yang kuat bagi
upaya membangun manusia yang utuh dan berkualitas.
Perkembangan
motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak
usia dini. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek
perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan
membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif dalam
kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya dapat
mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri.
Dengan
memiliki kesehatan fisik yang optimal, maka optimal pula anak memiliki rasa
percaya diri sehingga dalam mengikuti kegiatanpun mendapatkan hasil yang
maksimal. Dengan hasil maksimal itu maka karakter anak bangsa akan tercipta
sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah
makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian dari pendidikan jasmani?
2.
Apa pengertian pendidikan jasmani untuk
anak usia dini?
3.
Apa pengertian dari pembentukan karakter
anak usia dini?
4.
Bagaimana Peran Pendidikan Jasmani Dalam
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini ?
3.
TUJUAN
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini ialah :
1.
Mengetahui pengertian pendidikan jasmani.
2.
Mengetahui pemahaman pendidikan jasmani
untuk anak usia dini.
3.
Mengetahui pengertian pembentukan karakter
anak usia dini.
4.
Mengetahui Peran Pendidikan Jasmani
Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.
II.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pendidikan Jasmani
Pandangan holistik oleh
Jawatan Pendidikan Jasmani tahun 1960: “Pendidikan jasmani adalah pendidikan
yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak,
dan karya yg diberi bentuk isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan
cita-cita kemanusiaan”Definisi yang relatif sama, oleh Pangrazi dan Dauer
(1992) Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang
memberi kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai
pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yg tepat
agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program
pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada
domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Tujuan
dan Fungsi Pendidikan Jasmani
A.
Tujuan
Pendidikan Jasmani
Mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
- Mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih.
- Meningkatkan
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik.
- Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
- Meletakkan
landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahrgaga dan kesehatan.
- Mengembangkan
sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis.
- Mengembangkan
keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
- Memahami
konsep aktivitas jasmani dan olehraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat
dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
B.
Ruang
Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan meliputi tujuh aspek antara
lain:
1.
Permainan dan olahraga
2.
Aktivitas ritmik
3.
Aktivitas uji diri (senam)
4.
Aktivitas pengembangan
5.
Aktivitas air (akuatik)
6.
Aktivitas di luar kelas (outdoor activity)
7.
Pendidikan kesehatan.
C.
Fungsi
Pendidikan Jasmani
Fungsi pendidikan
jasmani Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63) mengklasifikasikan ke
dalam enam aspek, yaitu (1) organik; (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4)
kognitif; (5) sosial; dan (6) emosi.
(1). Aspek
Organik:
- Menjadikan
fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi
tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk
pengembangan keterampilan.
- Meningkatkan
kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau
kelompok otot
- Meningkatkan
daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja
dalam waktu yang lama.
- Meningkatkan
daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan secara terus
menerus dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama; hal ini tergantung
pada efisiensi yang terdiri dari aliran darah, jantung dan paru-paru.
- Meningkatkan
fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk
menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
(2). Aspek
Neuromuskuler:
- Menjadikan
keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan
yang diinginkan.
- Mengembangkan
keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur,
melangkah, mendorong, berlari, menderap/mencongklang, bergulir, menarik
- Mengembangkan
keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang,
meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.
- Mengembangkan
keterampilan dasar jenis permainan, seperti memukul, menendang, menangkap,
berhenti, melempar, memulai, mengubah arah, memantul, bergulir, memvoli.
- Mengembangkan
faktor-faktor gerak, seperti ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi,
kelincahan
- Mengembangkan
keterampilan olahraga dan dansa, seperti sepakbola, softball, bola voli, gulat,
atletik, baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis, bowling, golf,
dansa.
- Mengembangkan
keterampilan rekreasi, seperti hiking, tenis meja, berenang, berlayar.
(3). Aspek
perseptual:
- Mengembangkan
kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada dalam situasi yang
dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.
- Mengembangkan
hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali
objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau
di sebelah kiri dari dirinya.
- Mengembangkan
koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan
keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kaki
- Mengembangkan
hubungan sikap tubuh-tanah, yaitu kemampuan memilih stimulus dari massa sensori
yang diterima atau memilih jumlah stimulus terbatas yang menjadi fokus
perhatian
- Mengembangkan
keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu emampuan mempertahankan
keseimbangan statis dan dinamis
- Mengembangkan
dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki
kanan atau kiri dalam melempar atau menendang.
- Mengembangkan
lateralitas (laterility), yaitu kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi
kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya
sendiri
- Mengembangkan
image tubuh (body image), yeitu kesadaran bagan-bagian tubuh atau seluruh tubuh
dan hubungannya dengan tempat atau ruang
(4). Aspek
Kognitif:
- Mengembangkan
kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan,
dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.
- Meningkatkan
pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.
- Mengembangkan
kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang
terorganisasi.
- Meningatkan
pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas
jasmani
- Menghargai
kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu,
tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan
aktivitas, bola, dan dirinya.
- Meningkatkan
pemahaman tentang faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi
oleh gerakan
- Mengembangkan
kemampuan untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
(5). Aspek
sosial:
- Penyesuaian
baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat
dan lingkungannya.
- Mengembangkan
kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok
- Belajar
berkomunikasi dengan orang lain
- Mengembangkan
kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok
- Mengembangkan
kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat
- Mengembangkan
rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat.
- Mengembangkan
sifat-sifat kepribadian yang positif
- Belajar
menggunakan waktu luang yang konstruktif
- Mengembangkan
sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.
(6). Aspek
emosional:
- Mengembangkan
respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan
dasar.
- Mengembangkan
reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau
kegagalan.
- Melepas
ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat
- Memberikan
saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas
- Menghargai
pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan
2.
Pendidikan
Jasmani Untuk Anak Usia Dini
Dari
aspek fisik olahraga bagi anak usia dini merupakan hal yang sangat berperan
penting dalam tumbuh kembang nya secara jasmani. Aktivitas fisik yang tepat
akan memacu tumbuh kembang anak secara optimal tapi itu bukan berarti anak
harus melakukan senam jasmani setiap hari seperti hal nya orang dewasa,
olahraga bagi anak terutama anak balita tidak harus dalam bentuk gerakan
terstruktur, seperti senam jasmani, barai gym, atau bulutangkis. Kegiatan
seperti bersepeda, bermain lompat tali dan berlari-larian itu sudah merupakan
latihan jasmani bagi anak dan mendukung anak untuk mengeksplorasi gerak agar
menjadi lebih baik.
Menurut
materi pembelajaran pendidikan jasmani di TK telah disusun oleh para ahli dan
dituangkan kedalam Kurikulum 2004 dengan Standar Kompetensi bagi Taman
Kanak-Kanak dengan kompetensi dasarnya adalah “anak mampu melakukan aktivitas
fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan, dan persiapan untuk menulis,
keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian”. Sedangkan yang menjadi
sasaran belajarnya adalah agar anak dapat :
1. Menggerakkan
jari tangan untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi.
2. Menggerakkan
lengannya untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi.
3. Menggerakkan
badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, koordinasi dan melatih
keberanian.
Melalui
pemberian stimulasi dan bimbingan, diharapkan anak TK akan mempunyai dasar
kemampuan tubuh sebagai landasan dalam menggembangkan kemampuan tubuh
selanjutnya. Disamping itu pula anak diharapkan memiliki landasan nilai-nilai
tentang sikap tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma pergaulan.
Harus
ada teknik pembelajaran pendidikan jasmani secara khusus bagi anak TK agar
berhasil, yaitu melalui pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan
berpedoman pada program kegiatan yang disusun secara khusus pula, sehingga
seluruh potensi kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan
sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Pembelajaran berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak seperti :
a. Anak
belajar dengan baik jika kebutuhan fisiknya terpenuhi, serta merasakan aman dan
tentram secara psikologis.
b. Siklus
belajar anak selalu berulang.
c. Anak
belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa maupun anak-anak lainnya.
d. Minat
dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya.
e. Perkembangan
dan belajar anak hendaknya memperhatikan perbedaan masing-masing individu.
2.
Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan
pembelajaran pada anak senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia
dini merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan yaitu perkembangan fisik maupun
psikis. Berbagai jenis kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran pendidikan
jasmani hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan
berbagai aspek perkembangan serta kemampuan pada masing-masing anak.
3.
Bermain sambil belajar atau belajar
sambil bermain
Bermain
merupakan pendekatan yang sangat sesuai dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada anak usia TK. Usaha yang dilakukan oleh guru hendaknya
dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan stategi, metode,
materi dan media yang menarik serta mudah diikuti dan dilakukan oleh anak.
Mellaui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan serta memanfaatkan
objek-objek yang ada disekeliling anak, sehingga pembelajaran pendidikan
jasmani menjadi bermakna bagi anak. Dengan bermain anak dapat mempelajari
keterampilan yang baru dan dapat menggunakan symbol untuk menggambarkan
dunianya, sehingga akan mendapatkan pengalaman yang baru, karena ketika bermain
mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Guru mempunyai
peran yang sangat penting dalam pengembangan bermain anak.
4.
Menggunakan pendekatan tematik
Kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya dirancang dengan menggunakan
pendekatan tematik dan bermula dari tema yang menarik minat anak. Tema
merupakan alat atau sarana yang dipergunakan untuk memperkenalkan berbagai
konsep pada anak. Tema diberikan dengan tujuan untuk menyatukan materi dalam
satu kesatuan yang utuh, serta memperkaya pengalaman kemampuan gerak anak. Jika
pembelajaran hendaknya dikembangkan dari masalah-masalah yang paling dekat
dengan anak, sederhana serta mampu menarik minat anak. Penggunaan tema
bertujuan supaya anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
5.
Kreatif dan inovatif
Proses
pembelajaran pendidikan jasmani yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh
uru melalui kegiatan-kegiatan menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru. Selain
itu dalam pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya dilakukan
secara dinamis, maksudnya anak tidak hanya diperlakukan sebagai objek, tetapi
juga diperlakukan sebagai subjek dalam proses pembelajaran.
6.
Lingkungan yang kondusif
Lingkungan
pembelajaran pendidikan jasmani harus diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik dan menyenangkan serta anak betah mengikuti pembelajaran pendidikan
jasmani. Lingkungan fisik yaitu lapangan maupun ruangan bermain. Penataan ruang
serta alat-alat harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain
sehingga tercipta interaksi yang baik dengan guru maupun teman sepermainan
secara demokratis. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya
memberdayakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan
kepada anak merasa senang walaupun diantara mereka berbeda secara individual.
Lingkungan hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya yaitu
dengan tidak membeda-bedakan nilai-nilai yang dipelajari dirumah dan disekolah
maupun dilingkungan sekitar. Guru hendaknya peka terhadap karakteristik budaya
masing-masing anak.
7.
Mengembangkan kecakapan hidup
Proses
pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya diarahkan untuk mengembangkan
kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas
pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan
menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan
tubuh dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
Bermain merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang paling cocok bagi anak-anak
sekolah khususnya bagi anak taman kanak-kanak. Banyak manfaat yang diperoleh
melalui bermain dalam pendidikan jasmani, seperti dikemukakan oleh Anggani
Sudono (2005 : 1) bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Aktivitas jasmani yang dilakukan dengan bermain akan merangsang organ-organ
tubuh untuk bekerja sesuai dengan fungsinya, serta akan meningkatkan kemampuan
jasmani anak.
Slamet
Suryanto (2008 : 5) menyatakan bahwa taman kanak-kanak akan mengalami peralihan
dari fase praoperasional ke konkret operasional. Cara berpikir konkret berpijak
pada pengalaman akan benda-benda konkret, bukan berdasar pada pengetahuan atau
konsep-konsep abstrak. Sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran
pendidikan jasmani mesti menggunakan atau menghubungnkan dengan simbol
benda-benda, yaitu dengan meniru benda hidup maupun benda mati sesuai dengan
imajinasi mereka, seperti dikemukakan oleh Ma’ruf Zuraiq (2008 : 217) bahwa
anak kecil lebih memahami hal-hal yang konkret daripada hal-hal yang abstrak.
Mereka lebih tertarik pada gambar-gambar benda konkret daripada perkataan yang
teoritis.
3. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini
Salah satu misi mewujudkan visi bangsa Indonesia masa
depan telah termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan
sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,
sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia
Sementara itu, UU 20
2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan karakter
pada anak usia dini , dewasa ini sangat di perlukan di karenakan saat ini
Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak bangsa.
Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang , bepikir, bersikap dan
bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin,
mandiri, kerja keras, kreatif.
Berbagai permasalahan
yang melanda bangsa belakangan ini ditengarai karena jauhnya kita dari
karakter. Jati diri bangsa seolah tercabut dari akar yang sesungguhnya.
Sehingga pendidikan karakter menjadi topik yang hangat di bicarakan
belakangan ini. Menurut Prof Suyanto Ph.D karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun
2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya
membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh
berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan karakter di
nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan
karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai,
sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.
Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi
pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja
keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin,
berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkemauan
keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat,
bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa,
bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat,
ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia),
kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu,
menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang
lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian
diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang,rasa keterikatan,
rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati,
sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, sikap hormat,
sikap nalar, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut
bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet,
dan sejenisnya.
Sejatinya pendidikan
karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah menanam
sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam
rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia kanak-kanak atau yang biasa
disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50 persen
variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat
tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20
persen sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan
lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia
pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar.
Anak-anak adalah
generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak
yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di
kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses
tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara
leluasa.
4.
Peran
Pendidikan Jasmani Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini
Dari aspek fisik
olahraga bagi anak usia dini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam
tumbuh kembang nya secara jasmani. Aktivitas fisik yang tepat akan memacu
tumbuh kembang anak secara optimal tapi itu bukan berarti anak harus melakukan
senam jasmani setiap hari seperti hal nya orang dewasa, olahraga bagi anak
terutama anak balita tidak harus dalam bentuk gerakan terstruktur, seperti
senam jasmani, barai gym, atau bulutangkis. Kegiatan seperti bersepeda, bermain
lompat tali dan berlari-larian itu sudah merupakan latihan jasmani bagi anak
dan mendukung anak untuk mengeksplorasi gerak agar menjadi lebih baik. Olahraga
untuk anak sarat dampak positif seperti disebut dibawah ini.
- Pertumbuhan
dan Perkembangan Organik
Pertumbuhan adalah
suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang
bersifat irreversible (tidak
dapat kembali ke asal). Sedangkan perkembangan adalah perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Aktivitas yang bersemangat,
teratur serta terus menerus sangat penting untuk mempertebal lapisan
persendian, memperkuat pengikat ke tulang, serta pengikat tulang-tulang dalam
tubuh. Sehingga kemampuan paru-paru, jantung dan saluran darah dalam
menyuplai oksigen ke jaringan-jaringan. Memperkokoh dan memperkuat tulang serta
memelihara jaringan-jaringan lemak tubuh, mengurangi komposisi lemak tubuh
serta dapat Mengendalikan obesitas karena pengeluaran energi tubuh meningkat,
selain itu juga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel-sel agar
berkembang secara optimal dengan melakukan aktivitas fisik tersebut.
2.
Keterampilan Neomusculer / Motorik
Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot-otot besar sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh dengan menggunakan
otot-otot halus. Adapun pencabaran sebagai berikut :
a.
Keterampilan gerak kasar
Pada usia dini diharapkan anak mampu melakukan
gerakan-gerakan motorik kasar seperti, menurunkan tangga langkah demi langkah,
berjalan mundur, berlari dan langsung, melompat-lompat dengan kaki bergantian,
berjinjit dengan tangan di pinggul, melambungkan bola tenis dengan satu
tangan dan menangkapnya dengan menggunakan dua tangan. Di samping hal ini,
sebagai guru harus memperhatikan anak dalam kegiatan yang dilakukan. Anak-anak
belum menyadari seberapa besar bahaya yang ada disekitarnya,maka dari itu
sebagai guru harus memberi peringatan dan mengawasi langsung pada saat anak
bermain.
b. Motorik
Halus
Motorik halus adalah aktivitas motorik yang
melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus. Gerakan ini lebih mengarah
terhadap gerak koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian yang baik,
yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
3.
Perkembangan intelektual
Olahraga juga bermanfaat untuk perkembangan
intelektual. Olahraga juga memberikan kesempatan kepada anak untuk bergetrak
mengekspresikan dirinya. Meneriakan suara sesuai dengan gerakan yang dilakukan.
Mengaktifkan fungsi kognitif melalui peran simbolik, pengembangan bahasa, dan penggunaan
simbol-simbol di awal usia muda, dan mengembangkan kemampuan belajar strategis,
membuat keputusan, mengintegrasikan informasi, dan memecahkan masalah-masalah
pada perkembangan usia selanjutnya.
4.
Perkembangan emosional dan sosial
Pendidikan jasmani berguna bagi perkembangan pribadi
dan sosial yang menuntutupaya individu dan interaksi dengan yang
lain. Perolehan nilai-nilai sosial yang diinginkan seperti kerjasama,
komitmen, kepemimpinan kejujuran serta tanggung jawab dan toleransi perlu diajarkan
melalui partisipasi dalam pengajaran berbasis aktivitas. Menyukai
aktivitas fisik akan menigkatakankepercayaan diri dan kesadaran sosial.
Damon & Hart, 1982 (Peterson, 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik
berkaitan erat dengan self image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik
yang lebih baik di bidang olahraga akan menyebabkan dia dihargai
teman-temannya.
Aktivitas jasmani juga memberikan suatu
kesempatan untuk pelepasan ketegangan emosional melalui cara-cara yang tepat.
Manakala partisipasi ditunjukkan siswa yang juga didukungpula oleh lingkungan,
para siswa dapat meningkatkan perasaan self-esteem mereka ,melepaskan
ketegangan, dan mengembangkan inisiatif, mengarahkan diri, dan
berkreativitas.Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukanEllerman,
1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat
dengan self-esteem.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penjelasan yang
ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu mempelajari
pendidikan jasmani sebagai langkah dalam pembentukan karakter anak usia dini. Pendidikan
jasmani bagi anak bukan seperti halnya bagi usia dewasa, melainkan aktivitas
yang menyenangkan bagi anak yaitu bermain sambil belajar. Pendidikan jasmani
memiliki berbagai fungsi yang dikalisifikasikan ke dalam enam aspek yaitu : (1)
organik : (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4) kognitif; (5) sosial, (6)
emosi.
Dalam mendapatkan
pendidikan jasmani untuk anak sarat dampak positif yaitu : pertumbuhan,
keterampilan motorik, perkembangan intelektual dan perkembangan emosional dan
sosial. Secara umum pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk dimulai
pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang
ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan
akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Pendidikan karakter pada anak usia dini
di nilai sangat penting karena anak-anak adalah generasi yang akan menentukan
nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang
akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Pada usia kanak-kanak
atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan
kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Jika ditelaah dari
fungsi pendidikan jasmani, dampak positif pendidikan jasmani bagi anak dan
pemahaman pendidikan karakter, maka pendidikan jasmani sangatlah penting
didapatkan oleh anak usia dini dalam pembentukan karakter. Pendidikan jasmani tidak
hanya bisa didapatkan melalui pendidikan formal namun juga bisa didapatkan dari
lingkungan sekitarnya khususnya didalam lingkungan keluarga
B. Saran
Pendidikan jasmani
perlu didapatkan oleh setiap anak setiap harinya baik itu dalam pendidikan
formal maupun non formal guna anak dalam pembentukan karakternya yang berguna
bagi negara dan lingkungannya. Dengan mendapatkan pendidikan jasmani diharapkan
anak bisa menjalankan kegiatan yang baik sesuai kaidah dan tidak terpengaruh
kegiatan-kegiatan yang negatif.
Penulis menyadari
sepenuhnya atas segala kekurangan pada makalah ini dan penulis dengan senang
hati dan akan menerima saran serta kritik demi kesempurnaan makalah ini. Atas
segala saran dan bantuan, penulis sampaikan terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar